Arsip untuk 3 Maret 2010

Disalin dari http://awalsholeh.blogspot.com

Kemajuan Kereta Api semakin pesat dan maju.

Banyak orang mulai melirik kereta lagi, namun sayangnya kereta di Indonesia tidak memberikan layanan prima bahkan sampai harus diproteksi oleh pemerintah dari persaingan dengan pesawat. Keadaan ini masih ditambah lagi dengan leletnya laju kereta Indonesia, serta jadwal yang tidak pernah tepat waktu. Seandainya saja kereta di Indonesia bisa melaju secepat kereta-kereta tercepat di dunia seperti di bawah ini:

Tokaido Shinkansen – Jepang
Jepang mengejutkan dunia dengan meluncurkan kereta ini di tahun 1964 untuk melayani rute Tokyo-Nagoya-Kyoto-Osaka. Kecepatannya? Baru 201 km/jam saja.


JR-Maglev MLX01 – Jepang
Termasuk kereta jenis superconducting magnetic levitation train (maglev) yang dalam uji cobanya bisa mencapai kecepatan 581 km/jam. Namun kereta ini belum dioperasikan secara komersil. China malah mendahului Jepang dengan meluncurkan lebih dulu kereta maglev-nya di tahun 2004.

Shangai Maglev Train – China
Dibangun dengan teknologi dari Jerman, kereta ini dapat mencapai kecepatan 430 km/jam dan dapat mengantar penumpang dari Pudong International Airport ke Longyang Road Station di tengah kota hanya dalam waktu delapan menit.


Korean Train Express (KTX) – Korea Selatan
Tahun 2004, Korea Selatan menjadi negara kedua di Asia selain Jepang yang membangun jaringan kereta berkecepatan tinggi untuk menghubungkan kota-kota utama. Teknologi KTX mengadopsi teknologi TGV, kereta berkecepatan tinggi milik Perancis.

Taiwan High Speed Rail – Taiwan
Setelah mengalami penundaan beberapa tahun, akhirnya Taiwan High Speed Rail diluncurkan tanggal 5 Januari lalu. Dibangun berdasar teknologi Shinkansen milik Jepang, kereta ini memotong waktu tempuh antara Taipei dan Kaohsiung dari empat jam menjadi 90 menit.

Train a Grande Vitesse (TGV) – Perancis

Diluncurkan di awal tahun 1980-an, TGV melayani rute antara Lyon dan Paris. Sejak menuai kesuksesan, rute pun ditambah ke kota-kota lain di Perancis dan bahkan sampai ke negara lain. Kereta ini dikembangkan oleh Alstom SA – pembuat kereta api terbesar kedua di dunia, dan memecahkan rekor kecepatan 515 km/jam untuk kereta dengan roda konvensional.


InterCity Express (ICE) – Jerman
Di awal tahun 1990-an, Jerman meluncurkan kereta ini untuk melayani rute antara Hannover, Wurzburg, Mannheim, dan Stuttgart. Kereta ini dikembangkan oleh Siemens dan dapat mencapai kecepatan 280 km/jam.

Transrapid – Jerman
Jerman juga membuat kereta maglev yang dapat mencapai kecepatan 550 km/jam. Sayangnya, di bulan September 2006 kereta ini mengalami kecelakaan di dekat kota Lathen yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 23 orang. (Tetap lebih aman dari pada pesawat di Indonesia).

Direttissima – Italia
Akhirnya Italia juga tidak mau ketinggalan demam membuat kereta cepat di Eropa. Italia meluncurkan kereta Direttissima ini untuk melayani rute Roma dan Florensia dengan kecepatan 254 km/jam.

Eurostar – Inggris Raya
Kereta ini mulai beroperasi di tahun 1994 dan melayani rute dari London ke Perancis dan Belgia (melalui terowongan di bawah selat Channel). Perjalanan London ke Paris dengan kereta ini memakan waktu sekitar 2 jam dan 35 menit.Yang lebih seru, menaiki kereta-kereta ini adalah seperti berwisata. Kita merasa rileks dan nyaman sambil menikmati pemandangan di luar. Tidak seperti ketika menumpang pesawat udara dan kapal laut di Indonesia yang seperti mengikuti acara Uji Nyali.

Sumber: Businessweek.com

Disalin dari http://elizareally.wordpress.com

Komponen-komponen dasar kereta api adalah rel sejajar yang rata (sepur) dan kereta/kendaraan yang dilengkapi dengan roda yang mempunyai sayap/pinggiran (flanged wheels). Dengan menyediakan sepur yang rata untuk roda yang berjalan diatasnya, gesekan menjadi jauh berkurang dibandingkan dengan roda yang berjalan diatas jalan yang kasar atau berlumpur.

Pada awalnya kereta ditarik dengan menggunakan tenaga manusia dan kuda, dan konsekwensinya dapat ditarik kereta yang berada diatas rel dengan beban yang jauh lebih berat dari pada beban yang dapat ditariknya diatas jalan yang kasar dan/atau berlumpur.

Tidak ada orang yang mengetahui secara pasti kapan prinsip ini pertama ditemukan, tetapi ada petunjuk yang menyiratkan bahwa kereta api pertama kali dipergunakan pada tambang batu bara di Inggris pada abad ke 17.

Pada saat itu sepur dibuat dari kayu dan dibangun mulai dari tempat batu bara ditambangkan melalui terowongan sampai pada tempat penumpukan diluar pintu terowongan. Dengan demikian penambang akan dengan mudah menarik kereta kayu beroda kayu yang penuh berisi batu bara.

Pada waktu rel-rel kayu dan roda-roda kayu diganti dengan rel-rel besi dan roda-roda besi yang mengurangi gesekan, dengan demikian jumlah batu bara yang dapat ditarik semakin meningkat.

Perkembangan berikutnya adalah membangun sepur kereta api yang menghubungkan tambang batu bara ke tempat pengecoran besi atau perairan pedalaman yang paling dekan dengan pelabuhan laut.

Kemudian digunakan tenaga kuda untuk menarik gerbong. Walaupun lebih lambat namun berat batu bara yang dapat ditarik oleh tiap kuda ditas rel jauh lebih besar.

Pada tahap ini kereta pai belum dapat dikategorikan sebagai angkutan umum. Kereta api dibangun dan dimiliki hanya untuk menyediakan pelayanan khusus angkutan batu bara dari tempat penambangan sampai pada tempat pengecoran besi atau sampai pada pelabuhan/perairan pedalaman yang jaraknya relatif dekat.

Pada tahun 1825 perkembangan teknis mesin uap yang mulai dikembangkan pada akhir abad 18 dengan tujuan untuk menyediakan sumber tenaga bagi industri, telah mencapai titik dimana mesin uap dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak kereta api.

Penerapan pertama dilakukan pada kereta api yang dibangun dari Stockton ke Darlington yang menghubungkan tambang batu bara di Darlington ke pelabuhan laut Stockton yang menpunyai jarak 20 km. Hal tersebut merupakan suatu keberhasilan komersial yang segera dan dalam waktu yang sangat singkat telah menyebabkan dibangunnya ratusan perusahaan kereta api di seluruh dunia.

Walaupun pada mulanya kereta api dikembangkan untuk angkutan barang, perusahaan-perusahaan komersial segera menyadari bahwa terdapat pula permintaan yang besar untuk angkutan penumpang.

Sebelum kereta api dikembangkan menjadi angkutan penumpang, orang masih jarang melakukan perjalanan terutama untuk jarak jauh karena lambatnya waktu tempuh, mahal dan seringkali membahayakan. Namun pada tahun 1980-an perjalan dengan kecepatan 100 km/jam sudah memungkinkan untuk dilakukan dengan menggunakan angkutan kereta api.

Bahkan pada bulan April tahun 1999 sudah dilaksanakan test operasi kereta api dengan kecepatan 552 km/jam di Jepang, yaitu menggunakan teknologi kereta api yang diperkenalkan pertama kali oleh Germany Transrapid System yang disebut kereta api MAGLEV (magnetically levitated train).

Sejarah perkeretaapian di Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok


Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 – 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Halte Si Loengkang di jalur Solok-Silungkang, ketika baru selesai dibangun

Perkembangan di luar Jawa

Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak – Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Pendudukan Jepang

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 – 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah – Cikara dan 220 km antara Muaro – Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro – Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam “Angkatan Moeda Kereta Api” (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya “Djawatan Kereta Api Republik Indonesia” (DKARI).

Sejarah Kereta Api Indonesia

Sumber: Buku Jalan Rel (Suryo Hapsoro Tri Utomo)

Dapat dikatakan bahwa secara de-facto hadirnya kerata api di Indonesia ialah dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Sedangkan landasan de-jure pembangunan jalan rel di jawa ialah disetujuinya undang-undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 April 1875.

Dengan telah adanya undang-undang pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dengan berhasilnya operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di beberapa tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera dan Sulawesi.

Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pendudukan Jepang. Beberapa jalan rel di pulau Sumatera dan pulau Sulawesi serta sebagian lintas cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan kekuasaan perkereta-apian dari pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28 September 1945. Pengelolaan kereta api di Indonesia telah ditangani oleh institusi yang dalam sejarahnya telah mengalami beberapa kali perubahan. Institusi pengelolaan dimulai dengan nasionalisasi seluruh perkereta-apian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI), yang kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950. Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963 dengan PP. No. 22 tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 tahun 1971 berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP. No. 57 tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah menjadi perusahaan umum sehingga PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api menjadi PT Kereta Api (persero), berdasarkan PP. No. 19 tahun 1998.

Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo (dikenal juga sebagai KA JS 950) Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede (JB 250) Jakarta-Bandung. Peluncuran kedua kereta api tersebut mendandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Wilis, KA Argo Muria.

Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT. Inka (Industri kereta Api) di Madiun, dan balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.

Cikal Bakal Jalan Rel

Slide Bahan Kuliah Jalan Rel

Posted: 3 Maret 2010 in Jalan Rel

Beberapa Slide Bahan Kuliah Jalan Rel dapat di download di lis berikut ini :

1. Sejarah Jalan Kereta Api

2. Komponen Jalan Rel

3. Ketentuan Umum Jalan Rel

4. Alinemen Horizontal Jalan Rel

5. Alinemen Vertikal

6. Struktur Jalan REL

7.Wesel

Bagi yang membutuhkan silahkan si download dan silahkan di komentari untuk penyempurnaannya. Semoga bermanfaat. Kalo ada yang punya bahan yang lain kita saling sharing untuk kemajuan kita bersama.